Mega-Berita.com Sanggau - Kabupaten Sanggau, nama wilayanya ini berada di
Provinsi Kalimantan Barat.
Terdiri dari 15 kecamatan, 6 kelurahan, dan 163 desa. Pada tahun 2017, jumlah
penduduknya mencapai 482.500 jiwa dengan luas wilayah 12.857,80 kilomter
persegi dan sebaran penduduk 38 jiwa/kilometr persegi.
Baru-baru ini, Komando Distrik Militer (Kodim) 1204/Sanggau bersinergi dengan
pemerintah setempat gencar melaksanakan program ketahanan pangan.
Itu dilakukan, karena melonjaknya harga pangan akibat Covid-19 beberapa
tahun lalu.
Misinya adalah supaya masyarakat mandiri secara ekonomi dan berdaulat. Serta
adanya penolakan impor beras dari beberapa negara yang sebelumnya membantu
kekurangan kebutuhan pangan terutama beras Indonesia.
Mengakibatkan adanya kenaikan harga pangan beberapa bulan terakhir dan
berkurangnya stok kebutuhan dalam negeri.
Komandan Kodim 1204/Sanggau, meskipun belum lama bertugas di Kodim
1204/Sanggau bergerak cepat dengan melakukan beberapa terobosan dalam upaya
melakukan stabilitas pangan khususnya di Kabupaten Sanggau.
Salah satunya untuk memenuhi kebutuhan daging sapi, saat ini Dandim
1204/Sanggau sudah melakukan pengembangbiakan sapi bekerjasama dengan SMK PDN
Sanggau.
Penanaman padi serta palawija di lingkungan warga serta area perkebunan baik
milik masyarakat itu sendiri serta beberapa area milik perusahaan.
Sekilas Ketahaan Pangan
Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi semua orang dan
negara.
Ini karena setiap saat tercermin dari makanan bergizi, aman, bermutu, beragam,
bergizi, terjangkau dan tidak bertentangan dengan agama, keyakinan dan budaya
masyarakat.
Kuncinya adalah ketersediaan pangan yang lebih kecil dibandingkan kebutuhannya
dapat menciptakan ketidak-stabilan ekonomi.
Berbagai gejolak sosial dan politik dapat juga terjadi jika ketahanan pangan
terganggu. Kondisi pangan yang kritis ini bahkan dapat membahayakan stabilitas
ekonomi dan stabilitas Nasional.
Selain pembangunan infrastruktur, upaya meningkatkan ketahanan pangan juga
dilakukan dengan modernisasi irigasi melalui program Pompanisasi yang saat ini
masih terus disosialisasikan kepada para petani.
Adapun beberapa cara mengatasi krisis pangan, ini demi atasi perubahan
iklim.
Ini karena perubahan iklim berdampak parah pada mata pencaharian dan produksi
pangan. Mempromosikan keragaman pangan. Tingkatkan produksi. Kurangi
Pemborosan. Sumber protein masa depan.
Maka, selaras dengan itu, FAO menyebutkan kondisi ketahanan pangan harus
memenuhi 4 komponen, yaitu:
1. Kecukupan ketersediaan bahan pangan.
2. Stabilitas ketersediaan bahan pangan tanpa fluktuasi dari musim ke musim
atau dari tahun ke tahun.
3 Aksesibilitas/keterjangkauan terhadap bahan pangan
4. Kualitas/keamanan bahan pangan yang digunakan.
Adaptif Kehidupan Masyarakat
Adapun sumber pangan tidak melulu dari pola konvensional yang membutuhkan
lahan yang luas.
Akan tetapi, dapat juga adaptif dengan kehidupan masyarakat perkotaan.
Contohnya, model pertanian urban yang dikembangkan saat ini.
Pertanian urban didefinisikan sebagai konsep memindahkan pertanian
konvensional ke pertanian perkotaan. Faktor yang membedakan terletak pada
pelaku dan media tanamnya.
Menurut Bareja, 2010, Urban farming atau urban agriculture adalah kegiatan
budidaya tanaman atau memelihara hewan ternak di dalam dan di sekitar wilayah
kota besar (metropolitan) atau kota kecil untuk memperoleh bahan pangan atau
kebutuhan lain dan tambahan finansial.
Termasuk didalamnya pemrosesan hasil panen, pemasaran, dan distribusi produk
hasil kegiatan tersebut.
Pertanian urban ini berkembang sebagai respon dari banyaknya masalah yang
berkaitan dengan kehidupan di perkotaan. Yakni, semakin berkurangnya lahan
pertanian karena pembangunan.
Hal ini memicu orang-orang dengan kemampuan dan pengetahuan dalam bidang
pertanian memanfaatkan peluang dengan mengoptimalkan potensi sumber daya
sekitar.
Tujuannya adalah membudidayakan tanaman sayuran pada lahan terbatas dan
terlantar secara maksimal.*(Wawan Daly Suwandi/Budi A