Iklan

ISKA Sintang Gelar Seminar Soal Banjir, Uskup Sintang Jadi Narasumber

mega-berita.com
Senin, 20 Desember 2021 | 09.20 WIB Last Updated 2022-08-07T10:20:43Z

 


Mega-Berita.com   Dewan Pimpinan Cabang Ikatan Sarjana Katolik Indonesia Kabupaten Sintang usai acara pelantikan pengurus periode 2021-2025 di Langkau Kita Rumah Dinas Wakil Bupati Sintang pada Sabtu, 18 Desember 2021 langsung melaksanakan seminar yang mengambil tema “Rekonstruksi Sintang Pasca Bencana Banjir Demi Keberlanjutan Pembangunan dan Penguatan Jati Diri".

Dari seminar tersebut, salah satu narasumber adalah Uskup Sintang Mgr. Samuel Oton Sidin, OFM. Cap. Peraih Penghargaan Kalpataru tahun 2012 ini menyampaikan pokok pikirannya bahwa bumi sebagai rumah bersama dan sampai sekarang ini hanya ada satu bumi. 

“bumi yang satu ini tercipta dengan aturan  khusus yang disebut dengan ekosistem atau hukum alam. Terjadinya perubahan bumi karena peristiwa alamiah ekosistem alam itu sendiri dan karena adanya campur tangan manusia. Pertambahan jumlah manusia dengan beragam kebutuhanya, dari waktu ke waktu meningkatkan eksploitasi terhadap alam” terang Mgr. Samuel Oton Sidin, OFM. Cap.

“tahun 1963 terjadi banjir besar di Sintang. Saat itu alam masih terpelihara. Dan menurut saya, banjir itu karena proses alami, bukan karena kerusakan alam. Dan banjir sekarang, disamping karena cuaca ekstrim, tetapi ada pengaruh dari campur tangan manusia terhadap daerah resapan air. Terjadi eksploitasi sungai yang luar biasa. Saya sering mudik ke hulu, di kiri dan kanan sungai Kapuas dan melawi bahkan di tengah sungai, begitu banyak peralatan manusia yang mengeksploitasi dan mencari emas” terang Mgr. Samuel Oton Sidin, OFM. Cap.

“Tuhan memberikan perintah agar manusia mengelola alam secara bertanggungjawab dengan menghormati hukum alam dan ekositem. Dosa ekologis terjadi apabila manusia merusak alam. Perlunya iman yang mendasar, bahwa manusia menguasai alam tidak dengan sebebas-bebasnya, tetapi dengan  bertanggungjawab dan mentaati hukum alam” terang Mgr. Samuel Oton Sidin, OFM. Cap.

“secara moral, orang tidak pernah merasa puas dan memiliki sifat egois, mengambil semuanya bahkan berlebihan. Orang ingin mendapatkan banyak dengan cara mudah, tanpa memperhitungkan dampak negatifnya. Saya menyebutnya gaya hidup cepat saji. Iman dan moral manusia perlu dibenahi” terang Mgr. Samuel Oton Sidin, OFM. Cap.

“langkah yang perlu diambil adalah menanam kembali pohon, menjaga hutan yang masih utuh, dan memperhatikan ekosistem dan hukum alam. Jangan lagi mengeksploitasi alam semaunya, tanpa memperhatikan aturan yang ada. Aturan yang ada ditegakan, ada sanksi bila dilanggar. Setiap manusia harus bertanggungjawab menjaga bumi seperti sebuah keluarga yang menjaga rumahnya. Karena bumi ini atau rumah ini, merupakan satu-satunya” terang Mgr. Samuel Oton Sidin, OFM. Cap.

“iman dan moralitas menjadi dasar manusia untuk mengaja alam ini.  Dampak negatif dari rusaknya alam, pasti membawa kerugian bagi manusia dan diperparah bila manusia tidak siap menghadapi perubahan. Alam berubah, maka sikap, prilaku, dan aktivitas manusia juga harus berubah” tambah Mgr. Samuel Oton Sidin, OFM. Cap.

“aturan soal pengelolaan alam sudah ada, hanya penerapan belum baik. Pengawasan dan sanksi belum berjalan” tutup Mgr. Samuel Oton Sidin, OFM. Cap


Cecep/Humas Pemda 
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • ISKA Sintang Gelar Seminar Soal Banjir, Uskup Sintang Jadi Narasumber

Trending Now