Mega-Berita.com Dihadapan Kader Posyandu Desa, Kader PKK Desa, Kader Pemberdayaan Masyarakat, Perangkat Desa, BPD, Tokoh Adat dan Tokoh Agama, dan Tokoh Masyarakat, Kartiyus menyampaikan bahwa stunting merupakan sebuah kondisi gagal tumbuh baik dalam hal tinggi badan maupun pertumbuhan otak anak-anak. “pertumbuhan tinggi badan tidak sesuai dengan umur. Anak sudah 5 tahun tapi tingginya baru 60 cm, maka itu stunting. Termasuk gagal tumbuh otaknya, yang mana otaknya lebih kecil sehingga daya tangkapnya, daya ingatnya dan kepintaranya kurang. Anak stunting akan sulit berprestasi karena pertumbuhan otaknya lambat.
Catatan kita, stunting ini bukan penyakit, maka stunting tidak ada obatnya, dan hanya bisa di cegah” terang Kartiyus Duta Stunting Kabupaten Sintang“kapan kita bisa mencegah stunting, yakni pada 1000 hari pertama kehidupan anak kita yang di hitung mulai dari ibu dinyatakan hamil sampai anak usia 2 tahun. Sejak anak dalam kandungan berukuran 1 cm, sudah harus diberikan asupan gizi yang cukup. Secara fisik bisa diukur, kalau waktu lahir, bayi harus memiliki panjang minimal 48 cm, dibawah itu, masuk kategori stunting. Kemudian saat anak berumur 2 tahun, tinggi anak minimal 80 cm. Namun, sampai usia 5 tahun, anak-anak masih bisa diberikan asupan gizi yang tinggi, sehingga bisa mengejar kekurangan tinggi badan anak-anak” terang Kartiyus.
“tidak semua anak atau orang bertubuh pendek merupakan stunting. Kategori stunting harus dua yakni pertumbuhan tinggi badan dan otaknya tidak normal. Ada orang bertubuh pendek, tetapi otaknya pintar. Tetapi saya mau mengingatkan, meskipun stunting ini bukan suatu penyakit, jangan lalu disepelekan ya. Karena kalau sudah terlanjur terkena stunting, akan menyulitkan anak-anak kita ke depannya. Kalau mau jadi polisi, tentara dan pilot, kalau tubuh pendek, tidak akan bisa. Jadi jangan diremehkan ya” tambah Kartiyus.
“kalau tubuh tinggi dan otak pintar, kalau mau jadi tentara dan polisi akan lebih mudah. Waktu hamil, kalau ada bidan memberikan obat tambah darah, harus dihabiskan. Setiap hari satu biji minum obat tambah darah, supaya ibu hamil tidak mengalami anemia. Ibu hamil yang anemia, beresiko melahirkan anak yang stunting. Setelah melahirkan, berikan air susu ibu paling tidak sampai 6 bulan. Maka kami sarankan ibu-ibu untuk tidak melahirkan anak diusia 40 tahun keatas karena di usia 40 tahun keatas, jumlah ASI akan sangat kurang” terang Kartiyus
“selain itu, untuk mencegah stunting, harus diperhatikan juga sanitasi yang baik dan air bersih harus ada. WC harus ada di setiap rumah. Untuk kepala desa, bagi keluarga yang kurang mampu, bantu belikan klosed, berikan seng. Bangun WC secara gotong royong. Yang kaya dan mampu membangun WC sendiri, jangan dibantu lagi. Saya juga menantang desa Sungai Labi agar bisa mendeklarasikan diri sebagai desa ODF. Masyarakat desa ini harus bebas buang air besar sembarangan. Semua rumah ada WC. Data berapa KK yang belum ada WC, berikan pemahaman, dan bantu dengan ADD” terang Kartiyus.
“sampai saat ini sudah ada 70 desa di Kabupaten Sintang yang sudah mendeklarasikan diri sebagai desa ODF. Dinas Pemdes dan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Sintang akan cepat menyetujui APBDes kalau ada anggaran untuk menurunkan stunting. Program Konvergensi Percepatan Penurunan Stunting (KP2S) Tahun 2021, akan berusaha mendorong agar kecamatan pertama yang melakukan deklarasi sebagai kecamatan ODF adalah Kecamatan Binjai Hulu. Memang saat ini kami sedang menggarap dua desa lagi di Binjai Hulu yang belum ODF, tetapi kalau selesai dua desa itu, maka semua desa di Binjai Hulu sudah ODF sehingga yang deklarasi ODF adalah Kecamatan Binjai Hulu pada akhir tahun 2021” tambah Kartiyus.
Budi/Humas Pemda